Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem, dari fase mania atau hipomania (fase sangat berenergi dan euforia) hingga fase depresi (fase sangat sedih dan lesu). Gangguan ini dapat mempengaruhi siapa saja, termasuk perempuan, namun ada beberapa gejala spesifik yang mungkin lebih sering muncul atau lebih intens pada perempuan karena faktor hormonal dan sosial. Memahami gejala bipolar pada perempuan sangat penting agar kondisi ini dapat diidentifikasi dan ditangani secara dini.
Gejala Bipolar pada Perempuan
- Perubahan Suasana Hati Ekstrem
Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami perubahan suasana hati yang signifikan dan ekstrem. Mereka bisa merasa sangat bahagia dan berenergi (mania) dalam satu waktu, lalu jatuh ke dalam depresi yang mendalam pada waktu lain. Sifat fluktuatif ini sangat dramatis dan berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bahkan lebih lama. - Fase Depresi yang Lebih Lama
Perempuan dengan bipolar lebih cenderung mengalami fase depresi yang lebih lama dibandingkan pria. Mereka mungkin merasa sangat sedih, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya disukai, merasa lelah terus-menerus, sulit tidur atau tidur terlalu banyak, dan merasa tidak berharga. Fase depresi ini sering kali mengganggu kemampuan perempuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. - Mania dan Hipomania yang Lebih Ringan
Perempuan lebih sering mengalami hipomania (bentuk mania yang lebih ringan) daripada mania penuh. Dalam kondisi hipomania, perempuan mungkin merasa sangat energik, ceria, dan penuh ide, tetapi ini biasanya tidak menyebabkan gangguan besar dalam aktivitas harian. Namun, meskipun hipomania tampak kurang mengkhawatirkan, hal ini tetap bisa berbahaya jika tidak diidentifikasi dan dikelola, karena dapat berkembang menjadi mania atau depresi. - Siklus Cepat (Rapid Cycling)
Beberapa perempuan mengalami rapid cycling, di mana mereka mengalami empat atau lebih episode mania, hipomania, atau depresi dalam setahun. Ini sering terjadi pada perempuan dan dapat membuat diagnosis dan perawatan lebih sulit. Rapid cycling membuat mood berubah secara cepat dan tak terduga, yang bisa membuat penderita merasa kewalahan. - Masalah Menstruasi dan Hormonal
Perubahan hormon yang terkait dengan siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause dapat mempengaruhi gejala gangguan bipolar pada perempuan. Beberapa perempuan melaporkan bahwa mereka lebih rentan terhadap perubahan suasana hati ekstrem selama periode menstruasi atau pascapersalinan, yang disebut sebagai depresi postpartum. Kondisi ini perlu perhatian khusus, karena dapat memperburuk gejala bipolar yang sudah ada.