Gejala Bipolar pada Perempuan yang Perlu Diwaspadai

Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem, dari fase mania atau hipomania (fase sangat berenergi dan euforia) hingga fase depresi (fase sangat sedih dan lesu). Gangguan ini dapat mempengaruhi siapa saja, termasuk perempuan, namun ada beberapa gejala spesifik yang mungkin lebih sering muncul atau lebih intens pada perempuan karena faktor hormonal dan sosial. Memahami gejala bipolar pada perempuan sangat penting agar kondisi ini dapat diidentifikasi dan ditangani secara dini.

Gejala Bipolar pada Perempuan

  1. Perubahan Suasana Hati Ekstrem
    Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami perubahan suasana hati yang signifikan dan ekstrem. Mereka bisa merasa sangat bahagia dan berenergi (mania) dalam satu waktu, lalu jatuh ke dalam depresi yang mendalam pada waktu lain. Sifat fluktuatif ini sangat dramatis dan berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bahkan lebih lama.
  2. Fase Depresi yang Lebih Lama
    Perempuan dengan bipolar lebih cenderung mengalami fase depresi yang lebih lama dibandingkan pria. Mereka mungkin merasa sangat sedih, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya disukai, merasa lelah terus-menerus, sulit tidur atau tidur terlalu banyak, dan merasa tidak berharga. Fase depresi ini sering kali mengganggu kemampuan perempuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
  3. Mania dan Hipomania yang Lebih Ringan
    Perempuan lebih sering mengalami hipomania (bentuk mania yang lebih ringan) daripada mania penuh. Dalam kondisi hipomania, perempuan mungkin merasa sangat energik, ceria, dan penuh ide, tetapi ini biasanya tidak menyebabkan gangguan besar dalam aktivitas harian. Namun, meskipun hipomania tampak kurang mengkhawatirkan, hal ini tetap bisa berbahaya jika tidak diidentifikasi dan dikelola, karena dapat berkembang menjadi mania atau depresi.
  4. Siklus Cepat (Rapid Cycling)
    Beberapa perempuan mengalami rapid cycling, di mana mereka mengalami empat atau lebih episode mania, hipomania, atau depresi dalam setahun. Ini sering terjadi pada perempuan dan dapat membuat diagnosis dan perawatan lebih sulit. Rapid cycling membuat mood berubah secara cepat dan tak terduga, yang bisa membuat penderita merasa kewalahan.
  5. Masalah Menstruasi dan Hormonal
    Perubahan hormon yang terkait dengan siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause dapat mempengaruhi gejala gangguan bipolar pada perempuan. Beberapa perempuan melaporkan bahwa mereka lebih rentan terhadap perubahan suasana hati ekstrem selama periode menstruasi atau pascapersalinan, yang disebut sebagai depresi postpartum. Kondisi ini perlu perhatian khusus, karena dapat memperburuk gejala bipolar yang sudah ada.

Risiko Bahaya Tidur Dekat HP, Sebaiknya Hindari

Tidur dekat dengan ponsel sudah menjadi kebiasaan banyak orang di era digital ini. Meski ponsel telah menjadi alat yang sangat berguna untuk komunikasi dan hiburan, ada beberapa risiko kesehatan yang perlu diperhatikan jika kamu sering tidur dekat dengan HP. Berikut adalah beberapa risiko bahaya tidur dekat HP yang sebaiknya kamu hindari.

1. Paparan Radiasi

Ponsel memancarkan radiasi elektromagnetik frekuensi radio (RF), yang dalam jangka panjang, dikhawatirkan dapat mempengaruhi kesehatan. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak langsung paparan radiasi ponsel terhadap risiko kanker, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan radiasi ponsel sebagai “mungkin karsinogenik”. Oleh karena itu, tidur dekat dengan ponsel sepanjang malam dapat meningkatkan paparan radiasi RF yang tidak perlu.

2. Gangguan Tidur

Paparan cahaya biru dari layar ponsel dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu tubuh untuk tertidur. Cahaya biru yang dipancarkan oleh ponsel menipu otak untuk berpikir bahwa masih siang hari, yang pada akhirnya mengganggu ritme sirkadian alami tubuh. Jika kamu sering menggunakan ponsel sebelum tidur atau menyimpannya di dekat bantal, ini bisa mempengaruhi kualitas tidurmu dan menyebabkan sulit tidur atau insomnia.

3. Peningkatan Risiko Kebakaran

Banyak orang meletakkan ponsel mereka di bawah bantal atau di kasur saat tidur. Hal ini dapat meningkatkan risiko kebakaran jika terjadi kerusakan pada baterai ponsel, terutama jika ponsel terus diisi daya semalaman. Baterai lithium-ion di ponsel memiliki potensi untuk memanas secara berlebihan, yang dapat menyebabkan kebakaran. Tidur dengan ponsel di dekat kepala atau tubuh juga bisa meningkatkan risiko terkena panas dari perangkat tersebut.

4. Masalah Kesehatan Mental

Tidur dekat dengan ponsel bisa membuatmu terus terhubung dengan media sosial, email, atau notifikasi lainnya. Hal ini dapat memicu kecemasan atau stres, terutama jika kamu sering merasa terdorong untuk memeriksa ponsel saat ada notifikasi masuk. Kondisi ini juga dikenal sebagai “FOMO” (Fear of Missing Out), di mana kamu merasa takut ketinggalan informasi atau berita terbaru, sehingga sulit untuk benar-benar bersantai dan tidur dengan nyenyak.